Pada 16—17 Oktober 2024 lalu, AJSR diselenggarakan oleh Mitra Pendidikan Indonesia, bersama Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi dan Kementerian Agama. Dengan tujuan merefleksikan tentang bagaimana Indonesia dapat memperkuat aspek-aspek kunci dari ekosistem pendidikan dan mengakselerasi kualitas pembelajaran siswa Indonesia. Yusuf Faisal Martak dari Article 33 Indonesia turut hadir dan berpartisipasi memaparkan hasil risetnya dalam AJSR 2024.
Angka Partisipasi Sekolah (APS) pada setiap jenjang di Indonesia telah meningkat setiap tahunnya. Berbagai upaya Pemerintah telah dilakukan untuk mewujudkan hal itu, termasuk incentive mechanism seperti Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP) dan Program Indonesia Pintar (PIP) yang membuat biaya sekolah semakin rendah, pembangunan sekolah baru yang dekat dengan rumah siswa, hingga PPDB yang telah dilaksanakan. Sayangnya, peningkatan tersebut semakin rendah setiap tahunnya (sejak tahun 2014 hingga 2023).
Apa yang menyebabkan peningkatan Angka Partisipasi Sekolah semakin rendah tiap tahun?
Dalam kondisi normal, incentive mechanism dapat menggerakkan individu untuk masuk sekolah, namun tidak di kondisi sekarang. Salah satu alasan utama kondisi tersebut adalah kompleksitas masalah Anak Tidak Sekolah yang terjadi.
Dari berbagai literatur, terdapat masalah-masalah dari Anak Tidak Sekolah yaitu:
1. Akses ke sekolah yang sulit
2. Biaya sekolah yang mahal
3. Kesadaran pentingnya pendidikan yang masih rendah
4. Masalah lain seperti psikologi karena perundungan, masalah administrasi, aturan yang belum optimal, hingga motivasi mandiri.
Apa yang dapat dilakukan?
Jika setiap individu memiliki hanya satu masalah saja, mungkin Pemerintah dapat menyelesaikan sesuai dengan masalahnya. Bagaimana jika masalah tersebut nyatanya tidak berdiri sendiri?
Article 33 Indonesia di dalam Annual Joint Sector Review (AJSR) 2024 mencoba memperkenalkan cara berbeda dalam menuntaskan hal tersebut dengan tailor-made approach. Singkatnya, tailor-made approach adalah pendekatan yang menitikberatkan pada kebutuhan anak yang mungkin tidak bisa ter-capture pada masalah yang tercatat, namun kita memiliki berbagai paket solusinya.
Sebagai contoh penggunaan tailor-made approach:
Di Daerah Jawa Timur, terdapat anak usia 9 dan 11 tahun yang tidak bersekolah (putus saat PAUD dan SD) dengan kondisi:
- Ayah telah meninggal
- Ibu menikah kembali
- Anak tersebut tinggal bersama neneknya
- Anak merasa sudah belajar mandiri
Dari studi kasus tersebut, apa masalah anak itu? Apakah Ekonomi? Psikologi? Keluarga? Atau seluruhnya?
“Mencari masalah yang tepat mungkin membutuhkan biaya (waktu dan tenaga) yang panjang, sehingga bertemu, bertanya, dan menyediakan apa yang dibutuhkan menjadi solusi terbaik dan berkelanjutan.”
#Education #AJSR2024 #Article33Indonesia